9 Kebiasaan Orang-orang Jepang

Menginjak hampir tiga bulan saya di Jepang, pelan-pelan saya mulai mengenali kebiasaan-kebiasaan orang sini. Meskipun pada awalnya kebiasaan itu dirasa cukup “bertentangan” dengan kebiasaan orang Indonesia kebanyakan, tapi akhirnya saya memakluminya juga. Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Bagaimanapun juga, saya harus bisa memahami kebiasaan-kebiasaan mereka. Sampai sejauh ini, ada beberapa kebiasaan orang Jepang yang menurut saya menarik untuk diketahui.

1. Mempertahankan bahasa lokal

Ada yang menarik dari kebiasaan ini. Konon, kabarnya orang Jepang memiliki kemampuan bahasa Inggris yang buruk, jadi mereka kerap berbicara dengan bahasa Jepang, sekalipun itu terhadap orang asing. Pernah pada suatu waktu, meskipun mereka tahu bahwa saya orang asing, mereka tetap menggunakan bahasa Jepang ketika memulai percakapan. Alhasil, saya hanya bisa bengong-bengong saja. Ketika saya bilang tidak mengerti, mereka tetap mencoba meyakinkan, dengan tetap menggunakan bahasa Jepang.

Begitu juga ketika di supermarket dan tempat-tempat umum lainnya. Setiap kali orang Jepang bertanya dan berkomunikasi, seringkali mereka menggunakan bahasa Jepang. Apa mereka tidak tahu bahwa saya ini orang asing? Bahwa bahasa Jepang bukanlah bahasa Ibu saya. Jadi, meskipun kepada orang asing, orang Jepang kebanyakan tetap menggunakan bahasa lokal mereka.

Menurut yang saya amati, orang Indonesia beda lagi. Meskipun kurang paham bahasa Inggris, tapi orang Indo tetap berusaha berbicara bahasa Inggris kepada orang asing, meskipun itu terbata-bata. Saya teringat ketika di Bromo dulu, pernah ada supir Elf yang berani berbicara bahasa Inggris kepada turis. Setidaknya, kita bisa menghargai bahasa yang mereka pergunakan. Ini menandakan bahwa orang Indonesia sangat terbuka kepada orang asing.

Selama saya kuliah disini, saya juga intensif mengikuti kursus bahasa Jepang (fasilitas kampus). Saya sempat berpikir bahwa setiap orang asing (status sebagai student, entah jika statusnya lain) yang masuk Jepang, rata-rata diajarkan bahasa Jepang. Jadi, orang asing tersebut seperti di-“naturalisasi” dan harus bisa berbahasa Jepang. Sedangkan di Indo, saya tidak tahu apakah setiap mahasiswa asing diberi fasilitas juga untuk belajar bahasa Indonesia? Atau, orang Indo yang katanya sangat ramah, jadi biarlah yang berlelah-lelah belajar bahasa Inggris?

2. Santun

Benarkah orang Indonesia itu santun-santun? Saya sangsi karena saya tidak diberi jalan saat akan menyeberang, saya ragu karena ketika jalanan macet tidak ada yang mau mengalah. Tapi, selama di Jepang, saya benar-benar merasakan kesantunan itu. Menyeberang jalan dengan rasa aman karena tahu mobil tidak akan mendahului sepeda. Mobil tidak akan mendahului sepeda motor, sepeda motor mengalah pada pesepeda, dan pesepeda takluk pada pejalan kaki. Ya, pejalan kaki adalah raja jalanan!

Saya pernah ketika akan menyebrang, ada mobil yang menunggu di depan saya. Tak tahunya, ternyata dia menunggu saya menyeberang terlebih dulu. Tapi, karena sedang menunggu, saya persilakan mobil itu untuk lewat duluan. Dan … orang dalam mobil itu langsung memanggutkan kepalanya tanda sangat berterimakasih. Luar biasa kesantunan yang saya rasakan. Bahkan, ketika saya lewat di depan orang yang sedang mencabut rumput, orang itu mengucapkan maaf setelah saya bilang permisi. Mungkin dia merasa telah menghalangi jalan orang lain. Entahlah, yang saya dengar hanyalah omelan ketika ini saya lakukan di Indonesia.

Di sini, membunyikan klakson adalah pertanda bahaya. Klakson hanya dibunyikan pada saat-saat genting, di luar itu tidak boleh membunyikan klakson. Makanya, suasana jalanan tidak berisik.

3. Gemar olahraga

Ini juga membuat saya salut. Betapa tidak, saat pulang dari kampus sekitar jam 19.30 JST, saya berpapasan dengan orang Jepang yang sedang jogging. Padahal, cuaca saat itu sedang dingin dan saya pikir paling enak kalau diam di rumah. Dan, sebagai orang Indo, tentu saja saya merasa “aneh” dengan kebiasaan olahraga malam-malam ini. Masih mending jika olahraga futsal atau yang dilakukan secara tim. Tapi, kalau dilakukan sendirian dan malam-malam, rasanya “aneh”. Dan ini merupakan kebiasaan orang Jepang yang harus saya maklumi.

Dan kemana-mana, cukup banyak juga mahasiswa Jepang yang suka memakai celana training. Entahlah, apa dia sehabis olahraga atau tidak. Bahkan, ketika di kelas pun, ada saja yang memakai celana training. Entah apakah ada hubungan antara celana training mereka dan olahraga. Memang orang Jepang tidak suka jika tidak bergerak. Bahkan, orang tua pun gemar berolahraga. Saya sering melihat para orang tua yang suka mengajak jalan-jalan anjing mereka ke taman-taman. Maka, jangan heran jika kita bertanya kepada mereka siapa saja anggota keluarganya, mereka akan menghitung anjing-anjing mereka.

Dan fakta menarik, olahraga yang paling beken di Jepang adalah baseball. Itulah mengapa, jika di kartun-kartun, olahraga yang sering dijadikan figuran adalah baseball. Masih ingat tayangan Doraemon? masih ingat ketika Giant selalu mengajak main baseball kepada Nobita dan Suneo? Dan bagi orang Indonesia, baseball bukanlah hal yang umum. Orang Indonesia lebih familiar dengan sepakbola dan badminton, benar?

Mensana in corpore sano. Di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat. Mungkin bangsa Jepang menjadi disegani karena mereka memiliki ketangguhan SDM-nya. Dan jangan kita remehkan, olahraga bisa menjadi titik awal. Bukankah Rasulullah saw juga telah bersabda bahwa muslim yang kuat lebih dicintai daripada muslim yang lemah? Dan Rasulullah saw telah mengajarkan kita berolahraga dengan memanah, berenang, dan menunggang kuda? Jepang bukanlah negara muslim, tapi mereka paham betul akan kesehatan jasmani ini.

Silakan baca juga kebiasaan sehat orang Jepang di tautan ini.

4. Tidak suka basah

Tidak suka basah dalam artian ketika sedang di kamar kecil. Setiap kamar kecil sepertinya sudah memiliki grand-design nya. Didesain dengan konsep kering dan serba otomatis. Tentu ini menyulitkan saya yang lebih terbiasa dengan toilet basah seperti di Indonesia. Dan ini juga menyulitkan bagi yang muslim, karena kita harus ber-istinja (bersuci, membasuh) dengan air. Bahkan, salah seorang sensei menanyakan apakah ada toilet kering ketika akan ke Indonesia. Mengingat kebanyakan toilet di Indonesia sifatnya basah.

Jadi, akan sangat sulit jika kita meniatkan untuk mandi di kampus, karena toilet di tempat umum tidak didesain untuk mandi. Bagaimana bisa mandi, lantai basah sedikit saja langsung dikeringkan oleh janitor. Untuk berwudhu, kami biasa berwudhu dari wastafel jika sedang di kampus. Dan jika lantai sampai basah, cepat-cepat kami keringkan. Namun, syukurlah, lama-kelamaan kami sudah mulai terbiasa.

5. Makan banyak tapi tetap langsing

Selama saya di Jepang, saya jaraaaaang sekali melihat orang Jepang yang gemuk. Rata-rata berbadan kurus dan proporsional. Malah menurut saya, lebih banyak yang kurus. Mungkin ada hubungannya dengan kebiasaan gemar olahraga di atas. Paling banter berbadan gempal, itupun bisa dihitung dengan jari.

Padahal, ketika teman saya sedang party lab-nya, dia hanya bisa makan sampai 10 tumpuk piring sushi (1 piring 2 sushi). Sedangkan teman Jepangnya, malah sampai habis 30 piring. Tapi, anehnya badannya tetap saja kurus. Saya tidak tahu, mungkin karena memang makanan orang Jepang kebanyakan mengandung protein. Atau juga mungkin karena metabolisme orang Jepang lebih baik ketimbang orang Indonesia yang sekali makan, berat badannya langsung cepat naik. Mungkin juga masalah gaya hidup?

Mengenai gaya hidup sehat orang Jepang, silakan lihat juga artikel berikut: gaijinpot.com

6. Tidak biasa bersalaman

Awal-awal berkenalan dengan orang Jepang, saya selalu membawa kebiasaan saya sewaktu di Indonesia, yaitu menyodorkan tangan sebagai tanda membuka perkenalan (khusus sesama jenis). Tapi, ternyata sodoran tangan saya dibalas dengan anggukan kepala dan bungkukan badan. Kontan, saya pun mengikuti gerakan lawan bicara saya tersebut, dan akhirnya tidak jadi salaman.

Secara umum, perkenalan biasanya selalu diiringi dengan salaman. Tapi, di Jepang lain lagi, kita tidak perlu menyodorkan tangan. Yang kita perlukan hanya menyebutkan nama, kemudian membungukukkan badan sembari mengucapkan yoroshiku onegai shimasu. Kebiasaan orang Jepang yang satu ini sangat menguntungkan umat muslim, terlebih lagi saat berhadapan dengan orang yang bukan mahrom (boleh dinikahi).

Kalau kita di Indonesia, ketika akan salaman dengan orang yang bukan mahrom, biasanya kita akan merapatkan telapak tangan kita dan memposisikannya di depan dada. Dengan begitu, lawan bicara kita akan mengerti. Namun, jika kita berhadapan dengan orang asing yang belum tahu, kita akan kesulitan untuk menjelaskan. Dan kemungkinan akan terjadi kesalah-pahaman jika tidak ada komunikasi yang baik. Biasanya, lawan bicara kita akan menyodorkan tangan, lalu kita balas dengan salam “ala lebaran”.

Untuk ucapan terimakasih pun, orang Jepang tidak biasa bersalaman. Biasanya mereka akan membungkukkan badan, atau minimal menganggukkan kepala. Ukuran besar-kecilnya rasa terimakasih orang Jepang bisa kita lihat dari bungkukan badannya. Semakin membungkuk tandanya ia sangat berterimakasih. Anggukan kepala biasanya untuk ucapan terimakasih biasa.

Bedanya dengan orang Indonesia, kalau kita merasa berterimakasih, kita akan menyalami lawan bicara kita dengan kedua tangan. Dan kemudian biasanya langsung memeluk lawan bicara. Tapi, sekali lagi, di Jepang lain lagi ceritanya. Jadi, sebagai pendatang, kita mau-tidak mau akan mengikuti kebiasaan mereka, meskipun hal tersebut dianggap kecil.

7. Budaya mengantri

Jangan sampai kebiasaan buruk kita di Indonesia terbawa sampai ke Jepang, yaitu budaya menerabas! Orang-orang Jepang sangat loyal terhadap peraturan dan santun kepada orang lain,  termasuk untuk urusan mengantri. Antri sudah menjadi budaya disiplinnya orang-orang Jepang. Kita (pendatang) sudah harus ngeh dengan budaya antri mereka, jangan sampai kita membuat malu di negeri orang.

Budaya antri di Osaka - jalur lambat di sebelah kanan!

Budaya antri di Osaka – jalur lambat di sebelah kanan!

Beda kota, bisa berbeda juga budaya yang dianut masyarakatnya. Di Osaka, jika sedang menggunakan eskalator, sebaiknya gunakan sisi sebelah kanan bagi yang tidak terburu-buru dan mempersilakan sisi kiri bagi mereka yang ingin bergegas. Sedangkan di Tokyo (dan sebagian kota lain), jalur lambat ada di sebelah kiri dan jalur bergegas di sebelah kanan. Hati-hati, jangan sampai kita menghalangi jalan orang lain. Orang Jepang sendiri terlihat begitu menyesali diri jika mereka sampai menghalangi jalan orang lain.

Cerita lain lagi, dalam suatu perjalanan, pernah saya terjebak dalam kemacetan yang panjang. Saya pun heran, baru kali itu saya merasakan macet sedemikian panjangnya. Saya kira di Jepang bebas macet, kemudian saya tahu bahwa ada kecelakaan yang menjadi penyebab kemacetan itu. Tapi, betapa elegan-nya orang-orang Jepang dalam berlalu-lintas. Ya, mereka tetap berada dalam antrian kendaraan yang seharusnya.

Suasana macet di Jepang. Betapa elegan-nya mereka dengan budaya antri-nya. Pantang menerabas!

Benar-benar membuat saya kagum. Betapa tidak, saya bisa membayangkan suasana kemacetan di Indonesia yang bising dengan suara klakson; antar pengemudi tidak ada yang mau saling mengalah; dan perilaku mental menerabas lainnya. Tapi, lihatlah foto di atas, sama sekali tidak ada yang menerabas dari sisi kiri; dan juga tidak ada kebisingan klakson. Benar-benar patut kita teladani.

8. Jari-jari huruf “V” saat dipotret

Coba Anda minta foto bersama orang Jepang, atau menyuruh mereka bergaya saat akan dipotret. Hampir selalu jari-jari mereka langsung bergaya “V” sambil menyunggingkan senyum terbaik. Saya, orang Indonesia, jadi ikut-ikutan bergaya seperti orang Jepang saat dipotret, hehe. Maklum, terkontaminasi budaya lokal.

Say "Cheezu", and look his finger!

Say “Cheezu”, and look his finger!

Tentu kita dapat dengan mudah menebak apa maksud dari jari-jari mereka. Ya, itu perlambang “peace” – kedamaian. Tapi, bagi orang Jepang sendiri, jari-jari “V” adalah perlambang kebahagiaan. Jadi, jika mereka menggunakan gaya tersebut saat dipotret, itu artinya mereka ingin menunjukkan kebahagiaannya. Bukan berarti bagi yang tidak itu tidak bahagia, hehe..

9. Risih duduk bersebelahan

Kebiasaan ini sebenarnya saya tahu dari sensei nihonggo. Memang, sensei saya yang satu ini sesekali suka bercerita tentang Jepang dan rupa-rupinya. Mulai dari agama yang dianut, berbelanja, tempat-tempat di Jepang, sampai kebiasaan orang Jepang sehari-hari. Waktu sensei saya bertanya, sebagai orang Indonesia, bagaimana posisi duduk yang lazim jika sedang mengobrol bersama teman.

Bagi saya, saya lebih nyaman untuk duduk bersebelahan dengan teman saya ketika ngobrol. Saya merasa lebih bebas dan tidak canggung. Karena dengan begitu, kita bisa menjadi lebih santai. Justru saya merasa risih jika duduk berhadap-hadapan. Entah kenapa, rasanya risih saja, karena dengan posisi tersebut, mata kita dipaksa untuk terus beradu pandang.

Tapi, kebiasaan orang Jepang lain lagi. Justru mereka risih jika duduk bersebelahan. Mereka lebih memilih duduk berhadap-hadapan. Jika sedang ke kantin, restoran, atau perpustakaan, saya memang tidak melihat orang Jepang yang duduk bersebelahan. Semuanya duduk berhadap-hadapan. Jikapun ada orang yang duduk disampingnya, bisa jadi karena keterbatasan kursi atau memang harus duduk dengan posisi seperti itu (seperti di bis, kereta).

Jadi, jangan heran jika di restoran, kantin, atau perpustakaan, orang Jepang rata-rata duduk berhadap-hadapan. Pernah suatu saat, saya meminta teman Jepang saya untuk latihan percakapan bahasa Jepang. Kemudian, kami mencari-cari tempat yang pas hingga akhirnya kami menemukan dua bangku panjang yang berhadap-hadapan. Sebagai orang Indo, saya tentu terbiasa untuk duduk bersebelahan. Tapi, pada saat saya akan duduk di samping teman saya itu, saya malah diminta untuk duduk di hadapannya. Dia langsung mempersilakan saya sembari menunjuk kursinya.

Dan saat itu, saya langsung ingat tentang cerita sensei nihonggo saya bahwa orang Jepang lebih terbiasa duduk berhadap-hadapan ketimbangan bersebelahan, strange katanya …

***

Baca juga tulisan saya terkait dengan common problems mahasiswa perantau di Jepang, di tautan ini. Salam,

Follow Twitter saya di @rizaldwiprayogo

74 thoughts on “9 Kebiasaan Orang-orang Jepang

  1. Asop

    Nah, itu dia! Katanya orang jepang langsing2 (meskipun sudah makan banyak sushi 😆 ) karena mereka suka olahraga! 😀 Bukankah katanya orang jepang itu suka berjalan kaki? Benarkah? 🙂

    Lalu, bagaimana reaksi mereka terhadap pendatang, menerima, biasa saja, atau ada gelagat menolak? 🙂

    Reply
    1. Rizal Dwi Prayogo Post author

      Yup.. Mereka kemana2 suka pake kendaraan umum, jd mesti banyak jalan jg + nenteng2 payung (kalau ramalan cuaca bakal hujan). Mereka sebenarnya terbuka thd pendatang, ramah banget! tp ya itu td, mereka ttp pake bahasa lokal waktu berkomunikasi dgn orang asing..

      Reply
    2. harisma

      kebanyakan makanan khas jepang itu tidak digoreng melainkan kebanyakan makanannya di rebus 🙂
      yang membutnya berbeda dengan indonesia kebanyakan makanan di indonesia pun juga bentuknya atau cara olah makanannya di goreng
      dan terlebih lagi org indo ‘maaf’ malas berolah raga
      padahal jalan kaki atau naik sepeda udah jadi budidaya disana yang secara gak langsung dia menjalankan gaya hidup sehat
      kita tengok lah indonesia anak2 sekolah indonesia rata2 sudah pake motor untuk berangkat kesekolah dan terlebih indonesia juga jarang memperhatikan pola makanannya
      saya udah pernah tinggal di jepang beberapa minggu terlibat beberapa pekerjaan yang mengharuskan saya untuk kesana 🙂
      terlebih udara dijepang tetap bersih karena kebanyakan orang jalan kaki , sepeda , dan angkutan umumnyapun kereta api listrik loh
      terus terang saya sangat menyukai gaya hidup dijepang dan sampai sekarang saya pun terbiasa untuk jalan kaki kalo kewarung dan ketempat kerja naik sepeda …

      Reply
  2. hidausagi

    wow! hehe.. iya sih memang , orang jepang sangat bangga dengan bahasa mereka sendiri. istlahnya kalo kamu ke jepang yang butuh informasi kamu, jadi mau gak mau kamu harus belajar bahasa sana. jadi yang dipake bukan bahasa Inggris. teman saya yang pernah ke jepang bilang gitu.

    saya punya teman online dari jepang. entah karena dia tipe orang yang suka kebarat baratan atau gimana, dia lebih suka bahasa inggris dan hal hal berbau kebarat baratan . tapi sejauh saya kenal dia, kurang lebih tetep kok dia cinta negerinya. rasa nasionalisme orang jepang kan tinggi banget. 🙂 mungkin kencenderungan dia aja kali ya..

    oya, masalah yang langsing langsing itu. saya lupa baca info itu di mana, tapi emang katanya buat mengurangi subsidi kesehatan yang gak penting untuk penyakit penyakit yang memang bisa di cegah seperti obesitas, diabetes atau penyakit penyakit yang memang ada hubungannya sama BB. pemerintah sana punya undang undang atau ketentuan berdasarkan usia punya batas BB tertentu. dan kalo bbnya lebih dari itu, ntar bisa masuk ke pelanggaran hukum.

    unik, tapi efektif, istilahnya emang manfaat undang undang itu banyak.

    Reply
      1. hidausagi

        temen saya maksudnya? umm.. kalo gak salah 1 taun, tapi udah lama banget, jaman dia sma, pertukaran pelajar ato apa saya lupa.

  3. rezky batari

    Bismillah

    Hmmm…gaya hidup masyarakat madani..
    Info yg menarik dan sangat bermanfaat

    Reply
  4. Jonathan Christofer

    Wah?! Info yg menarik bgt ni kk, hehe
    Saya juga suka bgt sama culture n’ orang2 di Jepang. Kebiasaan mereka disana juga saya terapin di Indonesia, haha
    Saya uda suka bgt sama Negeri Sakura ini dari kecil kk, mimpi saya pengen kuliah di Jepang, hehe
    Oia kk, saya pengen tau lebih lanjut nih soal hidup di Jepang, gimana2 aja kebiasaan disana, sama cara dapetin beasiswa buat belajar disana kaya yg kakak dapetin, n’ kbetulan saya uda lulus SMA, n’ lagi nyari kuliah ni kk, pgen bgt bisa dapetin Beasiswa belajar di Jepang, hehe,
    Oia kk, punya facebook gx? Kalo punya tolong dong add saya kak, ato saya yg ngeadd kk, cz saya interest bgt n’ pengen bgt bisa kuliah di Jepang, makasi ya kk, Arigatoo Gozaimasu,

    Email Facebook:; jriwuratu@yahoo.com

    Reply
    1. Rizal Dwi Prayogo Post author

      Silakan hubungi sy saja via blog ini. Kalau pengen tau cerita2 ttg Jepang, silakan cari di kategori Japan. Dan ke depannya, saya memang berniat utk memposting tulisan2 ttg Jepang, terus disimak ya, hehe… Salam kenal ya 🙂

      Reply
  5. Pingback: Lo suka Jepang ama Korea Mbee? Berarti lo gak cinta Indonesia « Shaun Mbee Sheep

  6. Nadya Sekar IU

    Aku paling suka sama yang no. 2. Huaaa, jadi mau ke Jepang~ *curcol*
    Kira” kapan ya aku bisa ke Jepang? Hehehe *maaf gak penting*
    Btw, infonya bermanfaat banget bagi aku, gak nyesel aku bacanya, makasih udah share, hehe ^^

    Reply
  7. Pingback: Tips Jalan-jalan di Jepang | .rizaldwiprayogo

  8. Pingback: 9 Kebiasaan Orang-orang Jepang « Suprizal Tanjung's Surau

  9. ochi

    Jepang emang luar biasa sekali. gak salah kalau saya begitu mengidolakan negara ini. segalanya berjalan begitu teratur di negara ini. andaikan indonesia bisa seperti negara ini

    Reply
  10. andyhidayat

    salam kenal mas…saya andi…saya pengen bener mengenal budaya jepang…boleh minta email mas rizal….

    Reply
  11. mifta

    wew,jadi makin mengagumi jepang.
    dan semenjak aku melihat 1 film jepang,mulai saat itu juga aku ingin ke jepang.berarti masalah saya sekarang adalah soal BAHASA ya..?
    ya sudahlah,doakan ya semoga bisa lancar brbahasa jepang 🙂

    Reply
  12. m. Haris p

    aku pernah dpt wawancra exlusif dari reporter jpg yang dtg k indo. Dia bahkan mewawancaraiku dgn membwa translaternya (org indo jpg) trus aku ngomong pake b. Ingg, dianya malah gak tau. . .
    =>bos minta tlg kenalkan bangsa indo y terhadap mereka. Matur suwun,
    #merdeka

    Reply
  13. Haraha

    Jepang=Negara yg pling gw suka nomor 2. Tp ada yg bwt gw bngung. Dri pnjelasan diaatas. Ktnya bnyak cwek sna udh gk prawan. Klo ia, bknkah hal itu bertentangan dngan text yg mimin tulis diatas?

    Mhon penjelasanya 🙂

    Reply
    1. Rizal Dwi Prayogo Post author

      yosh ganbatte! tergantung kotanya jg mas Ateng, biaya hidup yg tergolong mahal itu transportasi, housing (sewa tempat tinggal), dan biaya pendidikan. Kalau harga makanan & elektronik msh terbilang wajar sy kira..

      Reply
    1. Rizal Dwi Prayogo Post author

      Cara ke Jepang lewat jalur beasiswa studi S2.
      Tempat kuliah & les sastra di Indonesia? saya pikir jurusan sastra Jepang jg ada di Universitas2,
      dan bisa belajar bhs Jpn di lembaga bahasa. Kalau ngambil jurusan sastra Jepang, biasanya ada program
      kerjasama antara pemerintah Indonesia & Jpn dalam rangka pertukaran mahasiswa (exchange).
      Silakan dicoba, ganbatte ya! terus berjuang & berdoa. Semoga dibukakan jalannya 🙂

      Reply
  14. Ratna J. KiraNa

    ass mas,, salam kenal!!
    o y mas ,, ratna kan lagi kuliah perawat sekarang!! tapi ada info,, jepang lagi butuh tenaga perawat dari negara luar seperti indonesia!! wlw orang kecil,,,, boleh lha mimpi besar dikit ! hehe
    biasa nya klo perawat indonesia d jepang thu tinggalnya kayak asrama atau ngonrak sendiri,, pa gimana mas???

    Reply
  15. Ratna J. KiraNa

    ass bg,,, salam kenal!!
    o ya bg,, ratna kan sekarang lagi kuliah keperawatan,, dengar2 di jepang sekarang lagi butuh tenaga perawat dari negara lain ya bg termasuk Indonesia????
    hehe,, boleh dong bg mimpi besar dikit,, walau cuman orang kecil!! hehe!!
    ratna pengen suatu saat nanti kerja di sana!!
    bg ,, rtna mo nanya dong bg,, biasa nya kalo jadi perawat di sana,, tinggalnya di asramain ato tinggal sendiri2 bg??

    Reply
  16. Agil Pradhita

    salam kenal 😀
    masih di jepang gak?
    kalau masih, bisa minta tolong tanya’in kebiasaan orang jepang terhadap lingkungan mereka.
    dari dulu liat foto2x lingkungan orang jepang kok kayak nya kereen banget
    perumahannya padet tapi kok ketata rapih dan bersih juga selalu ada hutan mini walau di kota :p
    itu yg bikin saya pengen ke jepang dan negara-negara lain (kalo bisa….)

    Reply
  17. Nicco

    Hy sensei-rizal…
    saya skrng baru lulus smp dan mw meranjak sma…

    saya cinta banget sama jepang , berawal dari film” anime (kartun” jepang)
    dari flim anime tersebut , saya banyak belajar beberepa kata bahasa jepang…
    sampai” lagu jepang yang musiknya bergitu simple , dengan vokal nadanya yang naik turun dan enak di dengar…. itu rasanya udaa complete bangettt ibaratnya udaa terdiri band (padahal cuma piano / gitar doang)

    Di SMA ini , saya rencana mau ambil IPA…
    dan maunya kuliah dijepang nih , kalau boleh tau…
    Kuliah jepang SMA apa aja yaa sensei ?

    saya kurang ngerti jurusan kuliah di jepang….
    tolong pencerahannya yaa sensei ^ ^v

    kalau sensei rezal sendiri kuliah , ambil jurusan apa ?

    Reply
  18. Joseph Sebastian

    nice insight bro!
    ada lagi kebiasaan mereka, yaitu memperlakukan tamu seperti raja dan selalu memakai sandal di dalam rumah/sekolah!

    tidak peduli status ekonomi mereka, jika kita bertamu ke rumah orang jepang pasti dilayani dengan baik. waktu itu saya berkunjung ke rumah seorang kawan saat trip ke Nagoya, dan luar biasanya meskipun saya ini belum terlalu mengenal mereka, hospitality mereka seperti hotel bintang 5!

    dan saat saya masuk langsung dipersilakan melepas sepatu dan mengenakan sandal yang memang khusus disediakan untuk tamu. katanya sebagai bentuk penghormatan kita kepada tuan rumah selain untuk menjaga agar lantai tidak kotor (ini juga “penyakit” mereka: sangat anti kotor!)

    Reply
  19. Fauzi Ismail

    waaaa sugoi …. jadi mau ke jepang nih .,maunya lewat beasiswa sih kuliah disana deh semoga aja ada .. Domo Arigatou untuk infonya .

    Reply
  20. Pingback: 9 Kebiasaan Orang-orang Jepang | @terselubung

  21. Pingback: itsRinaldo! Backup Blog! » Blog Archive » 9 Kebiasaan Orang-orang Jepang

  22. Kyd

    Aku pernah deket dengan pria indo-jepang, kalo soal olahraga emng bener, suka or meski makan banyak jd tetep langsing, slalu gerak deh, tp bener2 br tahu soal risih duduk bersebelahan, pantesan dia dulu sukanya duduk face to face klo ngobs, hahaha, dan buat gue risih hihihihi. nice info 😉

    Reply
    1. Rizal Dwi Prayogo Post author

      bilang saja, “Sumimasen, sore wa chotto.., arigatou”. Kalau orang Jepangnya ngerti ttg makanan halal buat muslim, mereka akan menghargai kok. Tapi kalo mereka belum ngerti, bilang aja ky yang di atas 🙂

      Reply
      1. Ira Ajah

        Artinya apa kak “umimasen, sore wa chotto.., arigatou”? lalu kalo mau tanya makanan ini halal atau tidak di restoran sana, bagaimana kalimat sopannya dan mohon terjemahan artinya jg kak 🙂

  23. Pingback: Melirik 9 Kebiasaan Orang-orang Jepang | atjehpress

  24. lala

    caranya gemana biar bisa kuliah di jepang = tokyo
    kan mahal tiket dri jakarta ke jepang
    boleh tau… 1 yenx berapa rupiah indo

    Reply
  25. Pingback: 9 Kebiasaan Orang-orang Jepang - Sebarkanlah Fakta Unik

  26. nooffense

    Berarti, Jaiyan itu org Jepang yg gendut dong? (Termasuk ibunya nd Jaiko adiknya) dan jg Genta temannya Conan. Org Indonesia mengapa bantet2? krn kebiasaan habis makan, tidur. Makan lagi yg banyak, tidur lagi kyk kebo abis itu.. Terus klo makan di warteg suka ambil nasi sebakul, tp ujung2nya ngutang. Yg punya warteg cuma bisa bilang, “Aku Ya Rapopo”

    Reply
  27. sam

    untuk point nomer 2 enggak juga mas, kalau di kota-kota besar mungkin budaya santun mulai terkikis dengan gaya budaya barat yang cendrung egois, tapi kalau di desa-desa masih banyak kok masyarakat kitayg santun, saya sering temui itu. Kalau point 9 tergantung orangnya saya rasa, saya orang indonesia tapi lebih suka kalau bicara berhadap-hadapan soalnya saya jd tau reaksi lawan bicara saya. 🙂

    Reply
  28. Fitriani Amalia S.

    aaak jadi pengen banget banget banget ke Jepang, dari sd kelas 6 udah cita2 ke Jepang. Sekarang mau kuliah ambil jurusan Sastra Jepang 😀 kalo bisa dapat beasiswa monbukagakusho alhamdulillah 😀

    Reply
  29. Pingback: SDN JATIMULYO 4 MALANG – 9 Kebiasaan Orang-orang Jepang

  30. Lexton MPC

    Jadi pengenke jepanglah kalau kayak gitu dan coba indonesia ikut budaya jepang itu pasti membuat indonesia menjadi negara maju bukan negara berkembang

    Reply
  31. Dimas Abi

    Saya akui saya otaku+vvibu (suka hal berbau jepang). Tapi saya tetap nasionalis dan cinta Indo sebagai tanah kelahiran. Budaya jepang hanya saya jadikan panutan untuk saya bisa terapkan di Indo untuk jadi warga negara yang lebih baik,respect dan, disiplin.

    Reply

Leave a reply to Jonathan Christofer Cancel reply